"Yang Terpenting Dari Pendidikan Bukanlah Mengajarkan Anak Begini dan Begitu, Melainkan Mendewasakan Pikiran dan Membangkitkan Energi Mereka" (Soren Kier Kegaard)

Deteksi Autis Dengan Tes Urine

Mendeteksi anak autis tidaklah gampang. Si anak harus melewati tes psikologis yang panjang mulai dari interaksi sosial, komunikasi, uji keterampilan hingga tes fisik.

Tapi tak lama lagi, deteksi anak autis bisa dilakukan dengan cara yang sederhana dengan hanya menguji beberapa tetes air seni seperti layaknya tes kehamilan.

Ilmuwan kini tengah menyempurnakan penggunaan tes urine untuk deteksi anak autis yang diharapkan sudah bisa diterapkan penggunaannya secara luas pada tahun 2015. Dari tes ini bisa diketahui 'ya' atau 'tidak' anak terkena autis.

Penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Imperial College London dan University of South Australia ini, adalah terobosan baru yang sangat membantu penegakkan diagnosis autis dengan cara yang mudah.

Apalagi gejala autis sudah muncul sejak anak dilahirkan. Dengan adanya diagnosis lebih awal, pengobatan anak autis bisa dilakukan sejak dini sehingga orangtua bisa lebih tanggap mengobati anaknya.

Profesor Jeremy Nicholson dari Imperial College London mengatakan urine anak-anak autis mengandung bahan kimia yang berbeda. Temuan yang disebut 'sidik jari metabolisme urine' itu telah dilaporkan dalam Journal of Proteome Research.

Peneliti menemukan ada tiga kelompok sidik jari kimia yang berbeda. Kelompok itu adalah anak-anak bukan autis tapi punya saudara autis, anak-anak tanpa saudara autis dan anak-anak autis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan autisme memiliki bakteri yang berbeda dalam ususnya dibanding orang lain.

Orang dengan autisme biasanya mengalami masalah pencernaan yang berasal dari berbagai bakteri dalam usus. Ilmuwan mengatakan pemahaman tentang bakteri ini dapat membantu pengobatan untuk mengatasi masalah pencernaan anak autis.

Ilmuwan menyarankan perlunya pemahaman baru tentang bakteri karena bisa membantu mengembangkan pengobatan untuk mengatasi masalah pencernaan anak autis.

"Kami berharap temuan ini akan menjadi jalan untuk menciptakan tes urine sederhana dalam mendiagnosa autisme pada usia dini," kata Profesor Jeremy Nicholson, kepala Departemen Bedah dan Kanker di Imperial College London seperti dilansir dari FoxNews, Minggu (6/6/2010).

Sekitar 88 persen anak autis memiliki kondisi usus yang rusak atau dikenal dengan istilah autistic colistic. Hal ini menunjukkan bahwa masalah anak autis bukan hanya pada kepala tapi juga gangguan di bagian pencernaan.

Masalah utama dari autisme ada tiga yaitu otak, racun dan fungsi pencernaannya. Karena itu tidak ada pengobatan yang instan bagi anak autis, dan dibutuhkan kesabaran serta waktu yang panjang untuk terapinya.