"Yang Terpenting Dari Pendidikan Bukanlah Mengajarkan Anak Begini dan Begitu, Melainkan Mendewasakan Pikiran dan Membangkitkan Energi Mereka" (Soren Kier Kegaard)

PELUANG TERAPI SEL PUNCA (STEM CELL)

Kalbe.co.id - Autisme termasuk dalam ASD (Autism Spectrum Disorder) yang paling sering dijumpai yang ditandai dengan adanya abnormalitas interaksi sosial, gangguan komunikasi verbal dan nonverbal dan perilaku yang obsesif dan repetitif. Gejala ini bisa berderajat ringan sampai berat tergantung pada genetic dan lingkungan. Biasanya gejala autisme dikenali oleh pengasuh pada usia 12 – 18 bulan. Saat ini terapi terbagi dalam pendekatan perilaku, nutrisi, dan obat. Secara patologi, anak dengan autisme menunjukkan adanya gangguan sirkulasi ke sistem saraf pusat yang subnormal (di bawah normal) secara terus-menerus sehingga menyebabkan hipoksia.

Beberapa penelitian menunjukkan area yang mengalami hipoperfusi berkorelasi dengan bagian otak yang bertanggung jawab pada fungsi-fungsi yang abnormal pada autisme. Tampak pula bahwa derajat hipoperfusi dan hipoksia yang dihasilkan berkorelasi dengan keparahan gejala autisme. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah dengan mengatasi keadaan hipoksia dapat berpengaruh positif pada autisme. Selain itu dideteksi adanya gangguan regulasi imun pada sistem saraf pusat dan perifer. Pada anak yang autis ditemukan abnormalitas sel T dan sel B secara sistemik. Hal ini meliputi limfopenia sel T, lemahnya respons proliferatif terhadap mitogen, dan kurangnya produksi sitokin. Secara patologi, pada penderita autisme juga ditemukan semacam keadaan autoimun dengan ditemukan adanya autoantibody dan HLA haplotipe.

Hal inilah yang mendorong Thomas E Ichim dari Medistem Laboratories Inc., Arizona, USA dan kawan-kawan melakukan uji klinis pemberian sel punca mesenkimal (MSC = mesenchymal stem cell) dan sel CD34+ darah tali pusat pada penderita autisme. Sebelumnya pemberian terapi CD34+dari sumsum tulang memberikan hasil yang menjanjikan pada terapi iskemia miokard tahap akhir dan penyakit arteri perifer lanjut yang dikenal sebagai iskemi tungkai kritis (CLI=critical limb ischemia). Lalu, sel CD34+ dari darah perifer autologus juga digunakan secara klinis untuk induksi angiogenesis. Dipandang dari sumber sel perangsang angiogenesis, tali pusat tampaknya memiliki sel CD34+ yang paling tinggi aktivitasnya dalam hal proliferasi, produksi sitokin dna diferensiasi menjadi endotel. Terapi deregulasi imun pada autisme diharapkan tidak hanya mengurangi gejala sistemik dan gejala pencernaan, tapi juga secara nyata mempengaruhi fungsi neurologis. Karakteristik penting sel induk mesenkimal adalah kemampuannya mengeluarkan faktor penghambat imun seperti IL-10 dan TGF-b dengan tetap mempertahankan kemampuan menyajikan antigen kepada sel T.

Hal ini dipercaya dapat menghambat imunitas dengan cara yang spesifik antigen dan juga memungkinkan penggunaan sel ini dengan cara allogenik (dari orang lain, bukan dari pasien itu sendiri) tanpa perlu takut adanya penolakan. Jadi, dengan sifat sel punca mesenkim yang dapat mensupresi imun yang spesifik antigen, proses autoimun dapat dihentikan. Secara teori tampaknya pemberian MSC dan sel CD34+ pada penderita autisme sangat menjanjikan. Sementara penelitian sel punca untuk autisme sedang dilakukan oleh Thomas E. Ichim dan kawan-kawan, di sisi lain terapi pasien autisme dengan menggunakan sel induk sudah dilakukan di negara Cina. Sebut saja Beike Biotechnology, suatu perusahaan yang menyalurkan sel punca untuk 11 rumah sakit di Cina. Di rumah sakit-rumah sakit tersebut sel punca sudah diberikan kepada penderita autisme. Menurut Dr. Sean Hu, pendiri Beike Biotechnology, autisme memang suatu indikasi pemberian sel punca yang masih jarang diteliti tapi mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi. Semakin muda usia, semakin tinggi tingkat keberhasilan terapi autisme.

Sumber : http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=19335




.